Jakarta, JurnalBabel.com – Pakar komunikasi politik, Hendri Satrio, menyoroti peran Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik dan Keamanan, Sufmi Dasco Ahmad, yang kerap menjadi figur sentral dalam menanggapi berbagai isu hangat di kalangan publik.
Menurutnya, kehadiran Dasco selalu menonjol di tengah dinamika politik Indonesia, bahkan sering kali mengungguli para menteri dalam merespons polemik terkini.
“Canggih memang Dasco, selalu muncul lebih dulu di setiap isu-isu yang panas. Soal kebijakan, soal politik, dia selalu ada di depan. Bahkan, anggota DPR lain atau menteri-menteri kabinet sering kalah cepat dan kalah vokal dibandingkan dia. Belum lagi efek kedatangan Dasco, contohnya kemarin, bursa langsung hijau,” ujar pria yang biasa disapa Hensat ini dalam keteranganya, Kamis (20/3/2025).
Sufmi Dasco Ahmad kembali menarik perhatian publik pada Selasa 18 Maret 2025 ketika memimpin rombongan Komisi XI DPR untuk mendatangi Bursa Efek Indonesia setelah kabar mengenai anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut Hensat, momen ini patut dicatat karena Dasco merupakan wakil ketua DPR yang membidangi politik dan keamanan, bukan ekonomi dan keuangan.
Hal ini semakin memperlihatkan peran sentral Dasco dalam merespons isu-isu yang melibatkan sektor ekonomi.
“Bahkan IHSG yang jelas-jelas merupakan permasalahan ekonomi saja Dasco muncul, padahal di DPR ia wakil ketua yang membidangi politik dan keamanan, canggih memang ini orang,” katanya.
Tak hanya aktif dalam merespons isu ekonomi, Dasco juga sering kali tampil sebagai sosok yang meredam opini publik dan mengumumkan keputusan-keputusan penting dari Presiden Prabowo Subianto.
Salah satu contohnya adalah saat antrean panjang warga untuk mendapatkan gas elpiji 3 kilogram menjadi perhatian nasional.
Dalam hal ini, Dasco bahkan disebut-sebut menginstruksikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut.
Selain itu, Dasco menjadi figur pertama yang mengumumkan keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk membatalkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen, yang sebelumnya memicu kegaduhan di masyarakat.
“Ini bukan kebetulan. Dasco kini terlihat jelas jadi andalan Prabowo untuk meredam gejolak, baik yang bersifat politis maupun strategis. Dia seperti tameng sekaligus corong utama presiden,” katanya.
Namun, di balik sorotan positif terhadap Dasco, Hensat melihat fenomena ini sebagai cerminan kurangnya inisiatif dari pejabat lain.
Menurutnya, dominasi Ketua Harian DPP Partai Gerindra ini dalam menjawab isu-isu publik seharusnya menjadi tamparan keras bagi anggota DPR maupun menteri-menteri di Kabinet Prabowo yang kurang aktif merespons situasi.
“Ini lucu sekaligus memprihatinkan. Harusnya jadi tamparan buat yang lain. Jangan sampai masyarakat cuma dengar ‘Dasco lagi, Dasco lagi,’ padahal banyak mulut dan otak lain di DPR dan kabinet yang bisa bicara,” tegasnya.
Hensat juga menegaskan pentingnya kehadiran figur seperti Dasco dalam pemerintahan.
Namun, ia memperingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada satu nama bisa menjadi bumerang bagi pemerintahan, apalagi jika tidak diimbangi dengan peran aktif pejabat lainnya.
“Kalau semua hanya mengandalkan Dasco, lalu yang lain ngapain? Ini bukan one-man show, ini pemerintahan,” pungkasnya.