Muntok, Jurnalbabel.com– Pjs Bupati Bangka Barat Sahirman Djumli menganjurkan agar masyarakat dapat mengonsumsi daun kelor yang memiliki kandungan gizi dan nutrisi tinggi, sangat bermanfaat bagi ibu hamil dan menyusui serta anak usia di bawah lima tahun (balita).
Menurut Sahirman, mengonsumsi daun kelor punya khasiat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah kurangnya asupan gizi yang jadi salah satu faktor penyebab stunting.
Demikian disampaikan Sahirman pada pertemuan lintas sektor pencegahan dan penanganan stunting kabupaten Bangka Barat, Jumat (20/11/2020).
“Upaya penanganan stunting amat penting karena persoalan stunting ini bisa berdampak pada resiko penurunan kemampuan produktivitas suatu bangsa termasuk di Bangka Barat. Pencegahan stunting dimulai dari perbaikan status gizi dan kesehatan ibu anak terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Soal perbaikan gizi ini tak selamanya harus punya banyak uang, ada yang namanya daun kelor atau merunggai. Tanaman ini tidak sulit tumbuh, bahkan di luar negeri sana sudah biasa dikonsumsi,” kata Sahirman di Muntok.
Kepala BKPSDM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut bahkan mengaku selama ini sudah mulai mengkonsumsi daun kelor.
“Daun kelor ini saya sudah konsumsi tiap pagi, direbus lalu minun. Saya bawa dari Sungailiat sana. Ini sangat murah tapi khasiatnya luar biasa. Saya berharap daun kelor bisa menjadi sumber pangan alternatif di Bangka Barat,” ujar Sahirman
Menyadari betapa pentingnya persoalan pencegahan dan penanganan stunting di Bangka Barat, Sahirman minta agar konsentrasi penggunaan anggaran tidak hanya di acara formal saja tapi difokuskan untuk hal-hal substantif dan berdampak nyata.
Sahirman berpandangan penanganan stunting harus diintervensi bersama lintas sektor terkait baik stakeholder internal maupun eksternal.
“Tapi kita di internal ini harus bisa jadi contoh. Maka tolong para stakeholder internal baik camat, kepala puskesmas lurah dan kades, harus solid,” ajaknya.
Turut hadir dalam rapat ini kepala dinas kesehatan Bangka Barat Achmad Syaifuddin, perwakilan puskesmas di Bangka Barat, lurah dan kades yang jadi locus stunting. [Tua’h]