Jakarta, JurnalBabel.com – Indonesian Democratic Center for Strategic Studies (Idecenters) menyatakan bila penyebaran virus corona (Convid-19) tidak juga mereda di Indonesia, bisa saja akan menganggu tahapan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak September 2020 mendatang. Terutama tahapan kampanye terbuka yang melibatkan massa banyak.
Direktur Eksekutif Idecenters Girindra Sandino mengatakan pasca diumumkannya dua WNI yang positif terjangkit virus Corona oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa hari yang lalu, sedikit banyak telah memicu kepanikan masyarakat. Seperti diberitakan oleh beberapa media online, di beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya terjadi aksi borong barang kebutuhan di toko dan supermarket.
Artinya, lanjut dia, memang penyebaran virus corona Ini sudah bikin khawatir masyarakat. Sementara sebentar lagi, masyarakat di 270 daerah akan mengikuti pilkada, dimana salah satu tahapannya adalah kampanye terbuka yang melibatkan massa banyak.
“Di saat virus mematikan itu menyebar, sebentar lagi rakyat di 270 daerah akan menggelar pilkada. Jika penyebaran virus corona ini juga mereda atau bahkan memburuk, bisa saja jika penyebaran virus ini tidak juga mereda, akan mengganggu tahapan pilkada,” ujar Girindra Sandino dalam keterangan tertulisnya, Kamis (5/3/2020).
Idecenters menyarankan kepada penyelenggara pemilu dalam hal ini adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU), untuk menyusun langkah antisipatif. Misal, kampanye terbuka yang melibatkan massa banyak itu distop. Hal ini setidaknya bisa meminimalisir kemungkinan terburuk yang mungkin saja bisa terjadi.
“Karena bagaimanapun kampanye terbuka itu melibatkan massa banyak. Akan banyak orang yang berinteraksi dalam ajang kampanye terbuka. Ini rawan sekali ada yang terpapar virus, jika ada satu orang saja yang terjangkit corona,” katanya.
Menurut Giging, kampanye mungkin bisa via media sosial. Penyebaran gagasan, program dan janji kampanye bisa lewat media massa atau platform lain yang tak memerlukan tatap muka langsung. Tanpa ada interaksi massa banyak.
“Dan di era digital ini, kampanye tanpa tatap muka, tanpa melibatkan massa banyak, sangat mungkin dilakukan. Asal mau berpikir saja, platform apa yang tepat untuk digunakan sebagai media kampanye. Yang penting tepat sasaran,” ungkapnya.
Giging menambahkan Bawaslu bersama instansi lainnya terkait dengan dampak virus corona terhdap tahapab Pilkada juga harus memperhatikan serius.
“Isu Corona ini bisa dijadikan isu kampanye politik “black campaign”. Oleh karena itu antisipasi dan sosialiasi baik KPU dan Bawaslu serta instabsi terkait harus dideteksi sejak dini, sehingga tidak menjadi semacam teror terhadap jalannya tahapan Pilkada, khususnya kampanye terbuka,” pungkasnya. (Bie)
Editor: Bobby