Surabaya, JURNALBABEL – Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah memandang debat perdana Pilpres 2019 yang belum lama ini digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), khususnya pandangan dua kandidat capres dan cawapres soal negata hukum, sayangnya belum ada yang jelas.
“Kita belum tahu negara hukum apa yang mau dia bangun nanti. Hukum itu mereka pandang seperti apa?” ujar Fahri Hamzah disela-sela kegiatan pengurus Gerakan Arah Baru Indonesia/GARBI Jatim, Minggu (20/1/2019).
Oleh karenanya, lanjut Deklarator GARBI itu, debat kandidat kemarin sebagai tragedi demokrasi yang harus diungkap. Dan GARBI, ingin menjelaskan itu kepada publik bahwa kalau nanti tiba-tiba tidak ideal, next figth years-nya itu karena ada masalah hukum.
“Ya, tentunya GARBI juga akan sampai pada satu titik diantara dua ini. Terutama karena, kita ini kan sekarang nggak punya kesempatan untuk meninjau pileg,” tegasnya.
Jadi perkiraan Fahri Hamzah, itulah tesis-tesis GARBI yang mungkin nantinya diujung-ujung akan menemukan tuntutan besarnya itu apa. Tapi, sebagai tesis dua puluh tahunan, ini harus dikatakan yang biar tidak mengendap, hanya karena representasi politik tidak memadai untuk mengungkapkan.
“Tapi secara umum kita itu menganalisis tesis-tesis sejarah Indonesia yang secara konsisten lahir sebagai semacam pertanyaan dalam sejarah. Lalu jawabannya ditemukan oleh kaum muda yang progresif. Karena kita itu selalu punya kesempatan untuk mengidentifikasi masalah di dalam tubuh bangsa Indonesia, papar PKS itu. (Joy)
Editor: Bobby