Jakarta, JurnalBabel.com – Triwulan III tahun 2020 tinggal enam pekan tersisa. Sulit untuk membalikkan kontraksi ekonomi menjadi pertumbuhan positif baik dilihat dari indikator ekonomi maupun kesehatan. Minimnya terobosan dalam penanganan pandemi Covid-19 menjadi penyebab utamanya. Sikap paling realistis adalah menahan laju resesi agar ekonomi Indonesia tidak terperosok terlalu dalam.
Hal itu disampaikan Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak menanggapi lambannya realisasi program pemulihan ekonomi nasional saat ini. Hingga tersisa enam pekan triwulan III, dana stimulus pemulihan ekonomi sebesar Rp695,2 triliun baru terserap 20%.
“Sebaiknya pemerintah tidak memberikan optimisme berlebihan kepada rakyat dengan proyeksi-proyeksi ekonomi yang sulit direalisasikan. Lebih baik mengajak seluruh komponen masyarakat bersiap menghadapi resesi, dan membantu pemerintah menyelesaikan masalah pandemi covid dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan,” kata Amin dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/8/2020).
Menurut politisi yang mewakili Dapil Jatim IV (Kabupaten Jember dan Lumajang) itu, pemerintah sebaiknya mencontoh China dan Vietnam yang ekonominya sudah pulih karena memprioritaskan pengendalian pandemi.
“Bagaimana rakyat mau optimis ekonomi akan membaik jika kurva jumlah kasus Covid-19 masih terus naik, tak kunjung melandai,” ujarnya.
“Pelonggaran PSBB di tengah tren jumlah kasus harian dan kematian terus meningkat risikonya malah kian menyebabkan lambatnya pemulihan ekonomi. Resesi bisa berlangsung singkat jika masalah utamanya, penularan pandemi, bisa dikendalikan,” lanjutnya.
Jangan paksakan diri menghindari resesi pada triwulan III 2020, sehingga mengabaikan fondasi kuat bagi ekonomi dalam jangka panjang. Lebih baik fokus agar pada triwulan IV-2020 ekonomi mulai rebound, sehingga pada tahun 2021 perekonomian bisa tumbuh positif dan ekspansi, sehingga dalam jangka panjang kita lebih siap menghindari resesi.
Lebih lanjut anggota komisi VI DPR ini mendorong pemerintah untuk memprioritaskan sektor yang terbukti tumbuh pada triwulan II 2020 seperti sektor pertanian serta fokus pada percepatan belanja pemerintah untuk memutar roda ekonomi di sektor riil. Sejumlah sektor seperti sektor komunikasi, makanan minuman, perdagangan online, dan obat-obatan punya harapan besar untuk tumbuh lebih besar.
Pemerintah juga harus mampu mentransmisikan program stimulus ekonomi di pedesaan dengan penyelamatan sektor yang bergerak, khususnya pangan. Sektor pangan selain memenuhi kebutuhan akhir (final demand) bagi rumah tangga juga harus didorong menjadi input bagi sektor lainnya dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang bergerak di bidang makanan olahan.
“Modal kerja untuk UMKM harus benar-benar sampai dan bisa menggerakkan usaha mereka agar daya beli masyarakat kembali terkerek naik karena 90% tenaga kerja ada di sektor UMKM. Maksimalkan penyerapan dana stimulus sebesar Rp695,2 triliun,” pungkasnya.
(Bie)