Jakarta, JurnalBabel.com – Sebanyak 20 staf Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) beserta pemerhati cagar budaya dari beberapa kota di Indonesia, mendapatkan beasiswa StuNed dari Pemerintah Belanda untuk mengikuti pelatihan Heritage and Economic Development.
Penyerahan beasiswa secara daring disampaikan oleh Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl, kepada Nadia Rinandi, Direktur Eksekutif PDA, bersamaan dengan pembukaan pelatihan yang dihadiri oleh Alonso Ayala, Ahli Senior The Institute for Housing and Urban Development Studies (IHS), Senin (18/1/2021).
Pelestarian cagar budaya merupakan tanggung jawab penting untuk menjaga nilai sejarah yang akan diwariskan turun-temurun dan dapat menjadi aset untuk pembangunan kota. Tetapi banyak pemerintah daerah yang kekurangan tenaga yang menguasai pengelolaan cagar budaya yang selaras dengan pemberdayaan perekonomian setempat.
Hal ini mendorong Pusat Dokumentasi Arsitektur, yang merupakan lembaga pemerhati arsitektur Indonesia, khususnya kawasan cagar budaya, untuk mengajukan pelatihan pengelolaan cagar budaya yang selaras dengan pengembangan ekonomi setempat, kepada Nuffic Neso Indonesia.
“Saat pelatihan, kami akan uji cobakan membuat perencanaan pengelolaan cagar budaya Kota Tua Jakarta. Kemudian, hasil pelatihan ini nanti akan berupa manual pengelolaan cagar budaya, untuk kami sebar ke pengelola cagar budaya di kota-kota lainnya,” kata Nadia Rinandi saat acara pembukaan pelatihan.
The Institute for Housing and Urban Development Studies (IHS), bagian dari Universitas Erasmus di kota Rotterdam, Belanda, dipilih karena mempunyai banyak pakar di bidang manajemen perkotaan.
“Pengelolaan cagar budaya merupakan salah satu bagian manajemen perkotaan.” ungkap Alonso Ayala dalam kesempatan yang sama.
Pengelolaan cagar budaya melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Untuk itu, PDA mengajak peserta pelatihan juga dari berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemerintah pusat (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), pemerintah daerah (Jakarta, Depok), universitas (Universitas Indonesia, Universitas Riau, Universitas PGRI Semarang, Universitas Hindu Indonesia Denpasar, UNS Surakarta, serta Universitas Pembangunan Panca Budi Medan), serta komunitas wiraswasta Kota Tua.
Dalam kesempatan yang sama, Peter van Tuijl mengutarakan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk kerja sama Belanda dan Indonesia di bidang peningkatan ekonomi.
“Selain pengembangan Kota Tua Jakarta, StuNed juga mendukung bidang pengembangan pariwisata di danau Toba. Pariwisata sangat penting untuk peningkatan ekonomi masyarakat sekitar” tambahnya.
StuNed, singkatan dari Studeren in Nederland, atau studi di Belanda, adalah program beasiswa yang merupakan bagian dari kebijakan kerjasama pembangunan pemerintah Belanda. Kerangka kerjasama bilateral tersebut tercantum dalam Multi-Annual Policy Framework, yang memiliki beberapa bidang prioritas, termasuk diantaranya Perdagangan Internasional, Keuangan dan Ekonomi (International Trade, Finance and Economics), Keamanan dan Penegakan Hukum (Security and Rule of Law), serta Agro-Pangan dan Hortikultura (Agro-Food and Horticulture).
Sejak diluncurkan tahun 2000, StuNed sudah memberikan beasiswa bagi sekitar empat ribu tujuh ratus pelajar Indonesia.
Nuffic Neso Indonesia adalah kantor perwakilan Nuffic, organisasi nonprofit di Belanda yang ditunjuk resmi menangani kerja sama internasional di bidang pendidikan dan didanai oleh pemerintah Belanda. Nuffic Neso Indonesia menyediakan informasi serta memberikan konsultasi secara cuma-cuma mengenai lebih dari 2.100 program studi yang diberikan dalam bahasa Inggris.
Nuffic Neso Indonesia juga memprakarsai dan memfasilitasi kerja sama di bidang pendidikan tinggi antara institusi di Indonesia dan Belanda serta menawarkan, mewakili pemerintah Belanda, beasiswa untuk warga negara Indonesia setiap tahunnya. (Bie)