Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan Presiden Prabowo Subianto menarik komitmen investasi besar dari Brasil.
Menurut Amin Ak, langkah strategis ini merupakan terobosan penting untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini lebih banyak bertumpu pada konsumsi rumah tangga.
Kerja sama dengan Brasil sekaligus memperluas jejaring kerja sama dagang global. Rabu (9/7) lalu, Presiden Prabowo Subianto mengadakan pertemuan kenegaraan dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva. Keduanya sepakat untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan Brasil.
“Keberhasilan diplomasi ekonomi Presiden Prabowo membuka keran investasi Brasil patut diapresiasi secara khusus,” tegas Amin Ak dalam keterangannya, Sabtu (12/7/2025).
Ia menekankan bahwa investasi asing langsung (foreign direct investment atau FDI) seperti ini merupakan kunci transformasi ekonomi Indonesia menuju pertumbuhan tinggi dan berkelanjutan.
Investasi tersebut, lanjutnya, akan menciptakan lapangan kerja produktif, meningkatkan kapasitas industri, dan mengurangi ketergantungan pada konsumsi masyarakat yang selama ini menyumbang lebih dari 50% PDB.
Wakil Ketua Fraksi PKS itu menambahkan, bahwa investasi ini diharapkan bisa mendongkrak kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dari level saat ini sekitar 29,15% menjadi 40% PDB, guna menyeimbangkan struktur pertumbuhan ekonomi.
Untuk Kenaikan PMTB hingga ke level 35% saja maka akan berkontribusi pada kenaikan PDB sebesar 1,5 persen.
“Artinya untuk menuju pertumbuhan ekonomi 8%, maka salah satu caranya menggenjot realisasi PMTB hingga ke level 40%,” ungkap Amin.
Ia berharap momentum kerja sama dengan Brasil ini menjadi katalis bagi masuknya lebih banyak investasi berkualitas dari Amerika Latin dan kawasan strategis lainnya. Sekaligus memperkuat poros kerja sama ekonomi Selatan-Selatan yang setara dan saling menguntungkan.
“Hasil pertemuan BRICS diharapkan menjadi sinyal kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan FDI,” ujarnya.
Amin Ak menjelaskan bahwa Brasil, sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Amerika Latin dengan PDB mencapai US$2,17 triliun pada 2024 dan populasi 215 juta jiwa, menawarkan potensi strategis luar biasa bagi Indonesia.
Negeri Samba ini dikenal sebagai produsen global utama komoditas seperti kopi, gula, daging sapi, dan kedelai.
Keunggulan lain Brasil, menurut Amin Ak, terletak pada penguasaan teknologi hijau, di mana 85% energi listriknya bersumber dari terbarukan, terutama hidro dan biofuel.
Potensi kerja sama bilateral, kata Amin Ak, masih sangat terbuka lebar. Data Kementerian Perdagangan mencatat nilai perdagangan Indonesia-Brasil tahun 2024 mencapai US$6,8 miliar, namun masih didominasi impor Indonesia seperti daging sapi (US$1,5 miliar), kedelai, dan gula.
Sementara ekspor andalan Indonesia ke Brasil antara lain minyak kelapa sawit (US$1,2 miliar), karet, tekstil, elektronik, dan alas kaki.
“Peluang perluasan sangat besar, terutama melalui hilirisasi produk pertanian dan peternakan Brasil di Indonesia untuk diekspor ke kawasan Asia-Pasifik, serta peningkatan ekspor produk manufaktur dan digital Indonesia,” paparnya.
Lebih jauh Amin menjelaskan jenis investasi yang dinilai paling tepat dan strategis. Pertama, investasi di bidang agribisnis terintegrasi, seperti peternakan sapi/unggas modern dan pabrik pakan ternak berbasis kedelai lokal, yang akan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Kedua, pengembangan biofuel dan energi terbarukan, termasuk ethanol berbasis tebu atau pati serta teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, yang sejalan dengan transisi energi Indonesia.
“Investasi Brasil juga ideal untuk mendorong hilirisasi industry serta pintu masuk bagi transfer teknologi, perluasan akses pasar global, dan penciptaan rantai pasok baru yang berdaya saing,” pungkasnya.