Pangkalpinang, JURNALBABEL.COM—Berawal dari sering ke Jakarta, untuk membantu sang tante di warung mie dan es goyang. Itulah cikal bakal ide bagi wanita kota Pangkalpinang ini untuk menciptakan kuliner Es Goyang Tempo Doeloe alias Es Jadul, yang kini ngetop di Kota Pangkalpinang, dan kota-kota lain di Bangka.
Usaha kuliner yang berlokasi di jalan Gereja Bethel No 293 Kelurahan Bintang ini, tampaknya unik. Tak ayal, tim media ini pun mencoba interview wanita keturunan Tionghwa bernama Novi Kurniati ini. “Tahun 2006, saya masih kerja sama orang. Lalu ada pikiran, jika saya usaha sendiri, apa yang saya kerjakan?, pikirku dalam benakku,” tutur Novi Kurnia atau Wanita yang kerap disapa Novi itu di Pangkalpinang, Rabu, 22 Juni 2022.
Kebetulan ketika tahun 2006 itu, menurut perempuan yang juga jago basket ini, ia sering ke Jakarta dan membantu tante yang punya warung Mie. “Kebetulan tante juga ada jual es goyang ini. Juga waktu itu, es goyang lagi booming. Kalau ada pesta, di pondokan itu ada es goyang,” tuturnya.
Sekembalinya ke Pangkalpinang, kata pemilik suara seperti penyiar radio ini, mulai berpikir serius untuk mencoba mengembankan es goyang sebagai usahanya. “Lagipula di Pangkalpinang yang terkenal hanya es lilin,” imbuh Novi.
Lantas, ia langsung tancap gas. Ia belajar, tetapi langsung aplikasikan niatnya itu. “Saya belajar berusaha, buat es goyang dan mie ayam. Keduanya jadi jualan saya,” ungkapnya untuk mengisahkan Kembali cikal bakal usaha kulinernya itu.
Uniknya, ia mulai buka usaha mie ayam dan es goyang pada tahun 2006 itu juga. “Tahun 2006 kita sudah mulai buka es goyang dan mie ayam,” tuturnya.
Bahkan berdasarkan ceritanya, ia sempat menjual es goyang ini ke pasar-pasar, pakai box es untuk jualan keliling. “Sebarin brosur sambal kenalkan es goyang tempo dulu,” imbuhnya.
“Memang awalnya mencoba waktu itu, karena es goyang lagi booming. Ternyata jalannya sampai sekarang, Puji Tuhan,” ungkapnya dengan wajah senyum sumringah.
Padahal menurutnya, dalam dirinya sebenarnya tidak ada skill untuk membuat es goyang untuk menjadi sebuah usaha. “Saya tidak punya keahlian, tetapi ingin mencoba-coba. Karena menarik melihat cara pembuatannya. Dan akhirnya menjadi asyik dalam menjalani usaha kuliner ini,” tuturnya lagi.
Sejak Tahun 2006 Harganya Rp 1000 Per Lidi, Sampai Kini
Es goyamg tempo doeloe ini tampaknya dari segi nama dan harga tetap bersahabat. Pasalnya harga jual seribu rupiah selidi, sudah diterapkan sejak tahun 2006.
“Walau harga 1000 rupiah per lidi sampai saat ini, kami tetap eksis. Harga ini sejak tahun 2006,” ujarnya. “Targetnya untuk pesta-pesta. Kalau jauh-jauh, bisa tambah ongkos kirim,” tuturnya.
Tak disangka, es goyang tempo doeloe milik Novi ini laris manis juga saat perayaan idul fitri. “Bupati Bangka Barat sering memesan pada saat perayaan lebaran,” ujar Novi. Mungkin pejabat lain, kata Novi, juga memesan es goyang tempo doeloe-nya tetapi terkoneksi lewat catering.
Es goyang tempo doeloe ini disebut juga es jadul. Diebut jadul karena cara buatnya tidak pakai mesin. Membuat es ini dengan cara manual alias pakai tenaga manusia.
Menariknya, usaha kuliner es jadul milik Novi ini mempunyai fungsi social. “Bagus juga sih, dengan usaha Es Tempo Doeloe ini, anak-anak tetangga bisa membantu dalam proses pembuatan. Mereka bantu menggoyangnya,” ujar Novi. “Dengan itu, anak-anak itu terbantu dalam uang jajannya,” pungkas Novi. (sfn/fadli)