JurnalBabel.com – Debat ketiga Pilpres 2024 dengan tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik yang diikuti oleh tiga capres, masing-masing Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, telah usai digelar kemarin malam.
Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Supriyanto, berpandangan kehebatan retorika Anies Baswedan belum mampu menundukkan kelugasan dan kapasitas Prabowo Subianto pada debat Pilpres ketiga itu.
Hal itu, kata Supriyanto, mengacu pada survei Indikator Politik Indonesia, dimana pasca debat perdana yang dirilis 26 Desember 2023 menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kokoh di posisi teratas dengan angka 46,7 persen.
Posisi kedua ditempati Ganjar Pranowo-Mahfud Md dengan angka 24,5 persen, sedangkan posisi ketiga ditempati Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di angka 21 persen.
“Menurut pendapat saya dari aspek implementasi dan kapasitas, Anies relatif di bawah Prabowo Subianto,” kata Supriyanto seperti dikutip dari detikjatim, Senin (8/1/2024).
Lebih lanjut Supriyanto yang juga mantan politikus PDIP tersebut membeberkan dari perspektif sosiologis, di mana masyarakat terbiasa berfikir komplek dan komprehensif.
“Logika, hati, dan rasa berjalan beriringan. Dalam memberikan penilaian terhadap debat calon presiden, masyarakat pasti mempertimbangkan banyak aspek,” jelasnya.
Ketua Gerindra Ponorogo ini menyebut ada tiga aspek yang dipertimbangkan oleh masyarakat. Pertama adalah aspek tampilan dalam debat. Meliputi diksi, narasi, gagasan, gestur, dan lainnya.
Kedua adalah aspek implementasi, substansi, gagasan, ide, dan program akan dinilai apakah bisa dilaksanakan atau tidak di lapangan. Ketiga, aspek kapasitas meliputi kinerja, kapabilitas, track record dan pengalaman.
Anggota Komisi II DPR RI (Bidang Pemilu) ini turut mengupas hasil debat perdana, di mana ada beberapa isu yang disampaikan oleh Anies Baswedan terkait penurunan indeks demokrasi. Salah satunya rakyat tidak percaya dengan proses demokrasi.
“Dalam konteks isu demokrasi, masyarakat bisa saja punya pandangan yang berbeda dengan Anies. Mungkin masyarakat berpandangan bahwa demokrasi berjalan secara baik, meskipun ada kekurangan,” bebernya.
Menurut Supriyanto, Anies juga melontarkan isu dan pernyataan yang cukup krusial terkait pencalonan Gibran yang dianggap persyaratannya bermasalah secara etika.
“Persoalan etika yang dilontarkan Anies ke publik akan mendapatkan respons dari masyarakat. Bisa saja publik punya pandangan berbeda dengan Anies. Bahkan bisa saja masyarakat mengganggap proses pencolanan Anies bermasalah secara etika, karena deklarasi, pasangan Anies-Muhaimin di Surabaya terkesan mendadak, Partai Demokrat, dan PKS ditinggal. Padahal sebelumnya Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS sudah menandatangani piagam koalisi,” pungkas politikus asal Dapil Jatim XII tersebut.
(Bie)