Jakarta, JurnalBabel.com – Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Selatan, Hermansyah Mastari, mengatakan jika Holding Ultra Mikro (UMi) ala Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir memberikan dampak yang signifikan di Sumatera Selatan (Sumsel).
Para pelaku usaha di Sumsel, dalam hal ini usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sangat terbantu dengan adanya penyatuan beberapa perusahaan plat merah yang secara khusus menangani ekosistem pembiayaan dan bisnis UMKM.
“Saya selaku Ketua HIPMI Sumsel sangat mendukung Holding Ultra Mikro, karena dari proses holding itu menjadi lebih banyak cakupannya. Holding juga mempermudah pembiayaan pelaku usaha,” kata Hermansyah kepada wartawan, Jumat (4/03/2022).
Pembina Wirausaha Mandiri itu mengaku telah mengetahui Holding UMi yang menyatukan tiga entitas yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM. Dimana pembagian deviden nya mengalami kenaikan sebesar 76 persen atau Rp 26,4 Triliun dibandingkan 2020,
Hal itu disebutnya sinyal bagus. Apalagi BRI mempunyai kelebihan dengan memiliki outlet di seluruh daerah hingga ke pelosok desa. Holding UMi diharapkan memudahkan pelaku usaha mengakses pembiayaan. Integrasinya dengan Pegadaian dan PNM juga memberikan nilai plus.
“BRI, Pegadaian, PNM sebelumnya kan mempunyai market sendiri-sendiri. Nah, dengan adanya integrasi ini akan mempermudah dan mempercepat pelayanan pembiayaan karena datanya terintegrasi satu sama lain,” jelasnya.
Pihaknya mendorong kehadiran Holding UMi disambut baik masyarakat Sumatera Selatan, utamanya bagi pelaku usaha. Karena melalui holding ini bisa menjadi simbiosis mutualisme yang sangat baik, karena menguntungkan semua pihak.
“Yang paling penting pada masa pandemi Covid-19 ini, bukan sekedar leading atau funding, tetapi bagaimana bisa mengkurasi produk-produk UMKM sehingga mereka bisa naik kelas,” ujar dia.
“Program yang dilaksanakan Pak Erik (Menteri BUMN; red) ini sangat bagus, bagaimana ‘kolam-kolam’ yang ada di Sumatera Selatan ini bisa diisi dan dikembangkan oleh pelaku usaha,” sambung Hermansyah yang juga Koordinator Asosiasi Pemasok Batubara dan Energi Indonesia (Aspebindo) Sumsel.
Sementara itu, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan, besarnya dividen BRI yang menahkodai Holding Ultra Mikro itu menunjukan performa kinerja positif perusahaan dalam menjalankan bisnisnya di tengah pandemi.
Perusahaan plat merah yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM memiliki kinerja bagus sepanjang tahun 2021.
“Pegadaian laba naik sekitar 20% disebabkan upaya cost restrukturing yang berhasil cukup baik, sehingga efisiensi tercapai,” kata Toto, Jumat (4/3/2022).
Toto menambahkan, demikian juga dengan PNM yang memiliki kenaikan laba sangat signifikan yang Sebagian dipengaruhi oleh upaya ekspansi bisnis yang lebih agresif.
“Lebih banyak outlet karena sharing service dengan BRI dan Pegadaian dan biaya modal yang lebih efisien dampak kerjasama dengan BRI. Jadi dampak holding ini relatif sudah bekerja cukup bagus dalam menciptakan value creation,” katanya.
Lanjut Toto, BRI juga mempunyai prestasi yang cukup baik di antara Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) BRI memimpin dalam kinerja sepanjang 2021.
Tercatat perolehan laba bersih tersebut dikontribusi dari laba PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 30,76 triliun, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 28,03 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 10,89 triliun, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang menyumbang laba Rp 2,37 triliun.
“Basis pendapatan bunga sangat menonjol dalam menopang laba terutama karena expansi kredit yang bertumbuh cukup tinggi,” ulas Toto.
Namun, Toto menyayangkan struktur Net Interest Margin (NIM) BRI relatif masih tinggi yaitu berada di atas 3 persen. Padahal bank terbesar di ASEAN yaitu DBS nilai NIM nya di bawah satu persen.
“Demikian pula bank lainnya seperti UOB dan OCBC. Artinya DBS telah bekerja dengan efisien sehingga bunga kredit yang ditawarkan kepada debitur jauh lebih rendah,” bebernya.
Oleh sebab itu, Toto mendorong untuk NIM BRI dan bank plat merah lainnya bisa lebih murah lagi, supaya mendorong dunia usaha cepat berkembang.
“Ini bisa stimulasi dunia usaha lebih cepat karena biaya modal bagi debitur menjadi relatif murah. Tantangan BRI ke depan termasuk anggota HIMBARA lainnya bagaimana bisa menurunkan NIM lebih cepat sehingga biaya modal debitur bisa lebih efisien,” pungkasnya. (Bie)