Pangkalpinang, JURNALBABEL—Siang itu, awal bulan Desember. Tepatnya tanggal 1 Desember 2020. Saya mampir untuk menyeruput kopi di sebuah warung kopi. Lokasinya, di depan gedung SD Theresia I Pangkalpinang. Saya singgah karena nama warkop itu terhitung unik. Namanya, “Gubuk Kopi.”
Mulanya, mata ini membaca deretan abjad yang membentuk sebuah brand “Gubuk Kopi” Lantas, dua kata tersebut seolah-olah menjadi sensasi yang membekas dan seakan-akan nempel di memori saya sebagai orang kampong tetapi tinggal di kota ini.
Lebih jauh, naluri penelusuranku pun mulai meradang dan mengendalikan mataku untuk mengamati desain bangunan dan tata ruang Gubuk Kopi. Terkesan warkop ini bukan kaleng-kaleng. Motif kursi dan mejanya mengisyaratkan warkop ini cocok untuk orang kampung dan orang kota.
Ternyata asumsiku itu tidak meleset dengan perspektif pengelola Gubuk Kopi. “Kami memberi nama Gubuk Kopi, karena tempatnya seadanya tetapi cocok untuk semua kalangan, baik warga dari kampung maupun kota,” tutur Aifi di Gubuk Kopi Pangkalpinang (01/12/20).
Saya yang heran dengan nama ini, langsung bertanya apa alasan di balik nama tersebut. “Nama ini familiar untuk orang Bangka, dan siapapun yang menyebut nama akan langsung nempel,” imbuh wanita yang siang itu berbaju merah itu.
Bagi Aifi, wanita yang pernah meraih Diva Tupperware tahun 2018-2019 itu, pemberian nama Gubuk Kopi ini juga memberi kesan sederhana, tetapi sesuai dengan keadaan banyak orang. “Dibandingkan memberi nama brilliant coffee umpamanya, orang Bangka akan merasa asing dan tidak nempel,” imbuh wanita berdarah Tionghwa ini.
Menurut Aifi, Gubuk Kopi ini mulai dibuka pada 19 Oktober 2020 lalu. “Selama ini kita buka sampai sore saja. Tetapi mulai 1 Desember 2020, Gubuk Kopi dibuka mulai jam 07.00 WIB sampai 22.00 WIB,” jelas Aifi.
Dekat Sekolah dan Harga Bersahabat, Dekat Pangkalan Ojek Online
Aifi mengakui ia memilih lokasi itu, kareana dekat sekolah. “sehingga menu memiliki harga yang bisa dijangkau oleh anggota komunitas sekolah, seperti SD Theresia I dan SMK Tunas Karya.
Ketika jurnalbabel membandingkan dengan warkop lain, Gubuk Kopi memberi kesan yang berbeda soal harga. Di tempat lain, segelas kopi boleh di atas belasan ribu rupiah. Di Gubuk Kopi, dengan enam ribu rupiah, siapapun bisa menyeruput secangkir Kopi O.
“Di sini juga ada menu kopi aren. Harganya, tujuh rupiah secangkir,” tutur Aifi lagi. “Banyak pengunjung boleh dibilang menyukai kopi aren, karena menghindari gula putih,” imbuh wanita yang lama bergelut di Tuperware dengan segudang penghargaan itu.
Ternyata Aifi juga yang sudah berpengalaman empat tahun merintis warkop dengan nama sama Gubuk Kopi, di Kota Koba, kota kelahirannya. “Selama ini, saya juga punya mimpi untuk membangun kedai kopi di kota Pangkalpinang,” tutur Aifi.
Akhirnya Aifi memilih lokasi dekat Simpang 5 Theresia. Untuk membangun Gubuk Kopi ini ia bekerjasama dengan seorang muda asal kota Pangkalpinang, yang bernama Danil.
Danil menyebut Gubuk Kopi ini memiliki sederet keunggulan.”Kami menyediakan tempat parkir motor gratis,” tutur Danil. Danil juga menuturkan, pihaknya juga juga menyiapkan free wifi.
“Tempat nyaman dan dekat Simpang 5, pertemuan dari berbagai arah,” ujar Danil. Lantas, ungkap Danil lagi di dekat Gubuk Kopi ini ada pangkalan grab motor yang siap mengantar pu;ang para pengunjung. (stefan)