JurnalBabel.com – Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Muhammad Husni, menyatakan kearifan lokal yang disebut “Smong” dari daerah Kepulauan Simeulue, Aceh, bisa menjadi contoh dalam hal mitigasi bencana, khususnya terkait gempa bumi dan tsunami.
“Di Aceh, di Simeulue itu ada kearifan lokal yang namanya ‘Smong’, itu bisa diimplementasikan sebagai pembelajaran mitigasi bencana,” kata Husni dalam sambutannya pada penutupan rangkaian kegiatan peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2024 di Balai Meuseuraya, Banda Aceh, Kamis (10/10/2024).
Dia menjelaskan, kearifan “Smong” di Simeulue Aceh merupakan mitigasi bencana yang sudah turun temurun disampaikan, bahkan telah membudaya di masyarakat setempat.
“Jadi waktu air laut itu turun, mereka (masyarakat Simeulue) sudah mengetahui akan ada ombak besar, itu turun temurun di sana,” ujarnya seperti dilansir dari antaranews.com.
Karena itu, kata Husni, ketika tsunami melanda Aceh 20 tahun silam, sangat sedikit korban jiwa di sana, hanya tujuh orang, karena masyarakat sudah tahu apa yang akan terjadi, sehingga mereka langsung naik ke atas bukit.
Anggota Komisi VIII DPR periode 2019-2024 ini berharap, apa yang sudah berlaku dan membudaya di Simeulue tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat seluruh Indonesia, sehingga bisa diterapkan sebagai langkah mitigasi.
“Jadi Insya Allah, mudah-mudahan ini bisa kita implementasikan untuk wilayah lain di seluruh Indonesia, dan Gubernur Aceh harus menjadi salah satu contoh dalam mitigasi kebencanaan (menyosialisasikan soal Smong),” kata legislator asal dapil Sumatera Utara ini.
Sebagai informasi, “Smong” merupakan kearifan lokal dari rangkaian pengalaman masyarakat di Kepulauan Simeulue pada masa lalu terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.
“Smong” berawal dari pengalaman pahit pada tahun 1907, kala ombak besar menghantam pesisir pulau Simeulue terutama di Kecamatan Teupah Barat.
Tsunami yang diawali gempa dengan magnitudo 7,6 saat itu menjadi mimpi buruk sekaligus pelajaran berharga bagi masyarakat Simeulue. Ribuan nyawa melayang, rumah dan surau hancur, serta harta benda pun lenyap.
Jejak bencana hebat itu masih terlihat pada sebuah kuburan yang terletak di pelataran masjid di Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat. Sejak itu, kata “Smong” begitu akrab di kalangan masyarakat Simeulue.
Saat ini, kisah “Smong” diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi melalui nafi-nafi. Nafi adalah budaya lokal masyarakat Simeulue berupa adat tutur atau cerita yang berisikan nasihat dan petuah kehidupan, termasuk “Smong”.
Para tetua dan tokoh adat menyampaikan nafi-nafi kepada kaum muda untuk menjadi pelajaran, dan masih bertahan hingga hari ini.