YOGYAKARTA, JURNALBABEL.COM– Pengusaha sukses yang juga seorang filantropis Dato’ Sri Prof Dr Tahir, MBA menyampaikan, pendidikan merupakan salah satu sektor vital menuju Indonesia maju dan berkembang.
Karenanya, pendidikan harus dibenahi bangsa ini supaya bisa bersaing dan maju. Bersamaan dengan membangun pendidikan, orang-orang Indonesia juga harus berfikir visioner, karena memiliki sumber daya alam.
Demikian disampaikan Dato’ Sri Prof Dr Tahir, MBA, dalam kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (7/11) dengan tema “Kemiskinan, Filantropi, dan Pemberdayaan Masyarakat”.
Tahir menekankan, pendidikan adalah cara untuk mengubah nasib suatu bangsa. Jika Indonesia mau maju, maka harus ada perubahan pada pendidikan Indonesia. Menurutnya, ada beberapa cara agar perguruan tinggi sebagai lembaga yang menghasilkan akademisi menjadi lebih baik.
“Perguruan tinggi harus bisa membuat suatu kurikulum yang berguna untuk 20 sampai 40 tahun mendatang. Kemudian perguruan tinggi harus bisa membuka kerja sama dengan berbagai industri untuk menerapkan ilmu yang sudah dipelajari oleh mahasiswa. Penelitian itu suatu keharusan yang dilakukan oleh perguruan tinggi, walaupun penelitian menghabiskan dana banyak dan memakan waktu lama, tapi saya yakin suatu saat penelitian itu pasti berguna ke depan. Jangan hanya mau hasil yang bagus tanpa ada usaha yang panjang,” ujar Tahir dilansir laman Beritasatu.com
Pendiri Tahir Foundation ini menyayangkan, jika banyak perguruan tinggi hanya menghasilkan banyak sarjana tanpa mengedepankan kajian ilmu pengetahuan.
Dalam kuliah umum itu, Tahir juga menyampaikan 4 tipe manusia di dunia ini, dan salah satunya merupakan yang mampu mengubah dunia.
Pertama adalah orang bergerak dengan seadanya, kedua merupakan orang yang bertanggung jawab, ketiga ialah orang yang memiliki komitmen, dan terakhir adalah orang yang mampu berfikir visioner.
Tahir meyakini, dunia ini mampu berubah menjadi lebih baik apabila banyak orang berfikir jauh ke depan. “Pendidikan saja tidak cukup untuk mengubah dunia, dibutuhkan bantuan dari orang-orang visioner di dalamnya,” tandas Tahir.
Tahir berpesan, filantropi bukan suatu bentuk rasa iba terhadap orang lain, melainkan suatu komitmen yang harus dilakukan oleh setiap orang. Kemudian ia pun mengatakan bahwa manusia harus keluar dari kotak yang mengekang dirinya untuk memulai sesuatu yang baru. “Kekayaan yang besar akan mendatangkan kewajiban yang besar pula,” pungkasnya.