Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi III DPR, Adde Rosi Khoerunnisa, mempertanyakan strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT dalam memberantas terorisme dan radikalisme di media sosial/medsos, yang saat ini menyasar pada perempuan, anak, remaja atau kaum rentan.
Pasalnya, kata Adde Rosi, kasus terorisme dan radikalisme sudah bergeser dari offline ke online, sehingga medsos sudah menjadi alat propaganda yang sangat masif.
Faktanya, ungkap Adde Rosi, penggunaan medsos pada kaum rentan ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sudah mencapai lebih dari 80 persen dengan rentan usia 16 sampai 30 tahun.
“Oleh karena kalau saya lihat dari jumlah akun teror yang mempunyai konten radikal, ternyata akun propaganda jumlahnya paling banyak. Dari 713 akun, 650 akun propaganda. Ini mohon diperbaiki kalau data kami kurang baik,” kata Adde Rosi dalam rapar kerja Komisi III DPR dengan BNPT dan BNN di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (10/6/2024).
Politisi Partai Golkar ini mempertanyakan strategi BNPT dengan tegas karena sepengetahuannya, BNPT hanya memiliki 4 situs di medsos untuk anti propaganda. Yakni yakni damailah indonesiaku, jalan damai, duta damai dan islam khafah.
“Bagaimana strategi BNPT dalam membuat konten narasi propaganda dari 650 teror ini kalau BNPT hanya punya 4 situs saja? Apakah ada program-program lain atau realisasi anggaran sudah masuk ini 2025 atau belum. Mengingat kaum rentan perempuan, anak dan remaja menjadi kaum yang diteror,” tegas legislator asal dapil Banten ini. (Bie)