RUTENG, Jurnalbabel.com – Di tengah merosotnya minat baca masyarakat karena jenuhnya isu-isu berat, sebuah karya baru menawarkan pendekatan segar. Buku berjudul “Hidup Itu Indah, Tertawalah” karya Romo Hans Jeharut Pr resmi diluncurkan di Gramedia Matraman pada Minggu (7/9/2025) dan langsung disambut hangat berbagai komunitas.
Bukan sekadar kumpulan cerita lucu, buku ini menghadirkan strategi pastoral yang unik. Dengan memanfaatkan humor, Romo Hans berupaya menjembatani kesenjangan literasi sekaligus memperlihatkan keragaman budaya Indonesia. Gagasan ini bermula dari keprihatinan Bernada Rurit, penyunting buku, yang menilai masyarakat semakin enggan membaca bacaan serius.
“Buku-buku bertema serius yang cenderung berat tidak lagi menarik minat. Ini makin membuat masyarakat tambah malas membaca,” ungkap Rurit.
Karena itu, ia mendorong Romo Hans menulis cerita humor berdasarkan pengalaman tugasnya di berbagai daerah. Hasilnya, lahirlah kisah-kisah segar seperti “Dana No Uang Yes” dan “Apakah Singkong Perlu Didoakan?” yang sekaligus memotret budaya lokal.
“Saya diarahkan untuk memastikan adanya konteks dalam setiap cerita sehingga tergambar budaya dan kebiasaan unik masyarakat tempat saya bertugas,” jelas Romo Hans, yang juga menjabat Sekretaris Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Lebih dari sekadar hiburan, karya ini menyimpan pesan mendalam. Jurnalis Philipus Parera menilai buku tersebut berhasil menghadirkan wajah Indonesia yang plural.
“Dengan konteks itu, ke-Indonesia-an kita tergambar dalam berbagai cerita,” ujarnya.
Buku ini juga merangkul lintas agama. Salah satunya melalui kisah “Bodrex Dua Ribu, Tausiah Dua Ribu” yang lahir dari persahabatan Romo Hans dengan umat Muslim di Belitung. Harapannya, karya ini bisa diterima siapa pun, karena mengangkat nilai kemanusiaan, persahabatan, dan kebahagiaan.
Pekerja seni Olga Lidya menyebut buku ini sebagai oase di tengah situasi bangsa yang tidak menentu.
“Kalau suntuk, santai, bacalah buku ini. Dalam setiap tawa, seseorang bisa menemukan Tuhan,” tulis Olga dalam akun X pribadinya.
Pada akhirnya, “Hidup Itu Indah, Tertawalah” membuktikan bahwa literasi tidak harus kaku. Melalui humor, Romo Hans menghadirkan narasi yang membumi, jenaka, sekaligus merekatkan kebhinekaan Indonesia. (sfn/vsh)
Sumber : Idenusantara.com