SUNGAILIAT, JURNALBABEL.COM– Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 konselor adalah pendidik. Profesi konselor sejajar dengan guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur sebagai pendidik profesional.
Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam mendorong tercapainya tujuan pendidikan. Namun, saat ini belum semua sekolah memiliki guru BK tersebut. Fenomena minimnya guru BK di sekolah-sekolah Yayasan Tunas Karya (YTK) mengemuka dalam Raker Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) 2019 di Auditorium Depati Amir Hotel Tanjung Pesona, Sungailiat, Selasa (6/11-2018).
Konsultan SDM YTK Yuyun Yustina Yonita, S. Psi., M.Psi., Psikolog menilai, keberadaan guru BK di setiap level pendidikan YTK menjadi amat penting dan mendesak.
Namun faktanya, tidak semua sekolah yang berada di bawah naungan YTK sudah memiliki guru BK saat ini. Terkait hal ini, Yuyun meminta agar sekolah yang belum memiliki guru BK agar sementara peran tersebut diambil alih oleh guru sebagai konselor, sebab memang sejatinya demikian.
“Ini patut digaris bawahi bahwa harus ada kemauan dari guru yang ada untuk membuat keterbatasan menjadi tidak terbatas. Caranya, sekolah bisa saja menggelar workshop terkait bimbingan konseling karena bisa saja guru-guru mau tapi karena kurang percaya diri dengan dalih bukan basic pendidikannya. Terkait ini, pihak sekolah pun harus memfasilitasi dengan menyiapkan pendampingan mulai dari materi termasuk mengenali karakter guru BK itu seperti apa harus disampaikan jelas sehingga ketika ada guru yang ditunjuk pun bisa mengukur diri,” jelas Yuyun kepada Jurnalbabel.com
Adapun karakter guru BK yang harus disadari oleh para guru dan kepala sekolah, pertama dan terutama adalah mau membimbing, dan untuk membimbing harus punya kontrol diri yang baik termasuk pengendalian emosi.
“Banyak pengalaman guru-guru BK karena terlalu banyak menghadapi masalah sementara kontrol dirinya tidak kuat, ujung-ujungnya emosi sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah. Jadi intinya karakter yang harus dimiliki seorang guru BK adalah kemampuan dalam memimpin, mampu mengontrol diri, mau mendengarkan juga penting, termasuk tidak gampang melabeli peserta didik sebab jika demikian efeknya itu jangka panjang, kasarnya ini tergolong pembunuhan karakter peserta didik. Jangan sampai itu terjadi,” pungkas psikolog industri organisasi ini.
Ketua YTK Romo Servasius Samuel, S. Psi., M. Psi., Psikolog juga mengungkapkan hal serupa. Menurut Romo Samuel, peran guru terutama kepala sekolah selain mengajar adalah juga sebagai konselor.
“Hal ini sudah ada dalam Tupoksi kepala sekolah bahwa mereka (Kepsek-red) tidak hanya mendidik tapi juga sebagai supervisor dan motivator di sekolah,” jelasnya.
Direktur LPT PERSONA Babel ini lantas berharap, para kepala sekolah dapat menjalankan peran ini sebaiknya sesuai uraian tugas dan wewenangnya sebagai manager, supervisor, motivator, selain sebagai pengajar. (SHL)