*) RD Ferdinandus M. Bupu
Injil Markus ditulis untuk orang-orang yang masih dekat dengan pengajaran Tuhan Yesus. Ibarat kata orang-orang yang sudah biasa menyanyikan suatu lagu, yang agak lupa-lupa bukan lagunya, tapi kata-katanya.
Maka biar tidak salah, ditulislah syair atau kata-kata dari lagu yang sudah dihafal itu. Ketika membaca Talita Qum, pembaca tahu apa artinya. Tetapi seiring berjalannya waktu, tidak semua orang mengerti, maka ditulislah keterangan yang menjelaskan arti Talita Qum.
Lama-lama, keterangan itu masuk dalam teks. Jadilah seperti yang sekarang kita baca dalam Injil. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” (Mark 5:41). Kalau kita bayangkan situasinya, tentu “yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!, tidak diucapkan Yesus. Tetapi hanya mau memberi keterangan Talita Qum itu apa artinya. Yesus hanya memagang tangan anak itu, dan berkata: Talita Qum.
Anak itu dan orang-orang yang mendengarkannya mengerti maksudnya. (Gejala ini berlaku bagi kata-kata bahasa ibu Tuhan Yesus yang masih tercatat dan diberi penjelasan seperti: Efata, Abba, Rabuni, Eli Ei lama sabaktani, Hosana, Maranatha)
RD Ferdinandus M. Bupu
Talita
Seorang romo Indonesia sewaktu di Italia pernah merasa tersinggung atau tidak nyaman ketika umat menyapanya dengan sebuta : Padrino. Biasanya orang disapa Padre, tapi karena Romo ini orangnya kecil-mungil, dipanggilah dia Padrino. Tidak salah juga karena waktu misa semua misdinarnya, yang berpostur Eropa itu, jauh lebih tinggi besar dari imamnya.
Talita adalah bahasa Aramaik. Artinya gadis kecil. Sedangkan Anak laki-laki kecil, bahasanya Aramaiknya, Talya. Sebutan Gadis Kecil ini juga tidak persis kita tahu seperti apa. Dari pengakuan ayahnya disebut dalam istilah Yunani Thugatrion anak gadis kecil, anak gadis kesayangan, atau sebutan sayang buat anak.
Berapa umurnya? Tidak ada yang tahu. Karena di rumah ayahnya, kita mau simpulkan: berarti belom menikah. Bisa saja, tapi anak yang sudah menikah, ada di rumah orangtuanya karena sedang sakit, tidak tertutup kemungkinan juga. Apa lagi, seperti padrinonya orang Italia, sudah punyak cucu dari anaknya, ibunya masih disapa “anak gadisku.”
Maka, seperti apa persisnya anak Yairus ini, sedikit yang kita miliki. Memang ada dugaan berumur 12 tahun seperti yang menderita sakit pendarahan dalam perikop yang sama.
Menyebut berumur 12 tahun bagi orang Yahudi, yang diingat adalah Bar/Bat mitzvah (Putra/Putri Perjanjian/hukum). Pada masa ini seorang Putra (Bar) atau seorang Putri (Bat) dianggap dewasa dan bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
Seperti kalau kita sudah menerima Sakramen Krisma, dianggap telah dewasa dalam iman. Itulah dianjurkan orang dewasa dalam iman dulu baru menikah. Artinya, menerima Sakramen Krisma dahulu baru Sakramen Perkawinan, di luar situasi pastoral real yang dihadapi.
Deskripsi tentang Talita, memang diperlukan dalam kerangka memahami Yairus dan anaknya. Sebagaimana terlihat, sikap Yairus sebagai seorang ayah yang akan berkorban apapun untuk anaknya. Sebagian besar manusia umumnya memang berkomitmen seperti ini.
Qum
Qum adalah kata yang sangat banyak dipakai untuk mengungkapkan makna: berdiri, Bangun. Tetapi juga mengalami proses panjang sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan. Qum atau Qumi? Qum adalah jenis maskulin tunggal imperatif. Artinya, suatu perintah kepada seorang laki-laki. Sementara kalau kepada seorang perempuan, perintahnya maka dipakai kata qumi.
Pertanyaan muncul: 1. Apakah teks Yunaninya benar-benar mengadopsi teks aramaik, atau tidak. 2. Apakah ini suatu variasi teks karena kesalahan penulisan, karena hilangnya satu huruf akhir? 3. Apakah yang dihidupkan kembali itu bukan seorang anak perempuan tetapi seorang anak laki-laki?
Pertanyaan-pertanyaan ini telah dibahas panjang lebar oleh banyak orang dengan argumentasi masing-masing. Kiranya yang lebih berguna dan bermanfaat bagi kita, bukan sisi ini. Tetapi, bagaimana hebatnya ucapan yang merubah keadaan dari kesedihan menuju sukacita, dari air mata dukacita beralih ke airmata sukacita.
Dengan autoritas penuh, Yesus berkata: Bangunlah, berdirilah. Kata-kata ini kita tahu bahwa di satu sisi ada kekuatan ilahi Yesus di sisi lain harus ada tenaga ekstra. Energi lebih ini setiap hari kita pakai.
Bila sedang duduk dan mau berdiri, harus ada tenaga lebih yang dikeluarkan. Yang tenaganya telah berkurang, harus menopang atau memegang sesuatu untuk jadi tumpuan. Dari tidur ke bangun pun sama. Harus ada ancang-ancang dan tenaga ekstra. Sesudah bangunpun perlu “pemanasan” untuk bisa melanjutkan aktifitas kita.
Pengalaman harian kita ini cukup baik membantu pemahaman kita akan cerita Injil ini. Anak Yairus tentu mempunyai juga tenaga lebih, baik yang sudah ada dalam dirinya, maupun karena mengalir dari kuasa Tuhan Yesus. Tenaga ekstra ini diperlukan, seumpama kalau diri kita ini adalah sebuah pesawat, mau tinggal landas. Kembali ke jalan yang benar, perlu tenaga lebih dan Tenaga ekstra itu disediakan dalam pemberian Tubuh dan Darah Yesus dalam Ekaristi.
*) Parokus St Bernadeth Pangkalpinang & Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Pangkalpinang