SUNGAILIAT, JURNALBABEL.COM– Di zaman yang semakin modern saat ini, semua orang menggunakan media digital. Orang-orang menggunakan media digital ini untuk memudahkan kegiatan mereka sehari-hari ataupun sekedar untuk hiburan saja.
Dengan adanya kemajuan teknologi seperti internet, maka media digital termasuk media sosial menjadi semakin menarik, praktis. Bahkan, penggunaan media digital kini menjadi salah satu piranti gaya hidup untuk menyebaran informasi. Penyebaran informasi menjadi eksistensi tersendiri, informasi beredar secepat kilat ke segala penjuru.
Kepentingan eksistensi dan emosional atas isi informasi tersebut mengalahkan akal sehat dan logika untuk menelaah atau mengklarifikasi informasi.
Menyadari fenomena tersebut, Uskup Pangkalpinang Mgr. Adrianus Sunarko, OFM dalam sambutannya pada pembukaan Raker Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) 2019 di Auditorium Depati Amir Hotel Tanjung Pesona, Sungailiat, Bangka, Senin 5 November 2018 menegaskan, sekolah sejatinya membekali para murid agar lebih bijaksana memanfaatkan media digital.
“Berbagai upaya formatif pembentukan kepribadian kiranya sudah diupayakan juga di sekolah-sekolah kita (YTK-red). Perlu diingat bahwa pembentukan kepribadian itu terjadi tidak tertutup melainkan terbuka dalam konteks masyarakat yang lebih luas. Sekolah menjadi tempat orang-orang muda berada dan menghabiskan banyak waktu mereka. Dunia orang muda makin dicirikan sebagai dunia digital. Banyak hal positif yang dapat dipetik dari dunia digital, tapi seringkali ia membawa pula akibat-akibat yang negatif dalam berbagai bentuk ketergantungan. Karena itu, sekolah perlu memberi bekal pada murid-murid agar dapat memanfaatkan media digital itu dengan bijaksana,” harap Uskup Adrianus dalam sambutan yang dibacakan Romo FX. Hendrawinata.
Menurutnya, selain dibekali agar lebih bijak menggunakan media digital, para siswa pun perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan konkret yang membentuk karakternya menjadi orang-orang yang punya kepekaan dan perhatian pada apa yang terjadi dalam masyarakat khususnya mereka yang menderita.
“Perla ada informasi konkret tentang problem ekologis yang dihadapi dunia serta praktek-praktek konkret dan sederhana di sekolah untuk merawat lingkungan hidup. Selain itu, perlu ada pembinaan berkaitan dengan kemampuan untuk menghargai perbedaan, berdialog dengan orang-orang dari berbagai latar belakang agama, dan budaya berbeda,” pungkas Uskup Adrianus.