Jakarta, JurnalBabel.com – PBB telah menetapkan 15 Maret sebagai hari melawan Islamofobia. Kebencian terhadap Islam dan pemeluknya telah mewarnai kehidupan masyarakat di banyak negara di dunia.
Tidak hanya di negeri-negeri yang masyarakat Muslimnya minoritas, bahkan di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim pun Islamofobia itu ada.
Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta mengaku bersyukur atas ketetapan PBB tersebut.
“Kita sudah cukup lama menyuarakan hal ini di berbagai kesempatan bahwa Islam itu bukan ancaman. Islam ajaran yang menebar rahmah atau kasih sayang untuk seluruh alam, dunia tidak perlu dan tidak seharusnya takut. Kita bersyukur PBB menetapkan ini, mengambil kebijakan untuk melawan Islamofobia,” kata Politikus PKS itu dalam keterangan tertulis, kemarin.
Ketua DPP PKS Bidang Pembinaan dan Pengembangan Luar Negeri (BPPLN) ini berharap agar bangsa Indonesia bisa mengambil momen ini sebagai motivasi untuk NKRI sebagai negara Pancasila terus menjaga dan mencegah Islamofobia merebak di seluruh lini kehidupan mulai dari pemerintahan hingga masyarakat.
Sukamta yang juga doktor jebolan Salford University, Manchester, Inggris ini menjelaskan Islamofobia sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum tragedi WTC 11 September 2001.
“Khususnya setelah peristiwa tersebut, dunia mengecam terorisme yang disematkan kepada Islam dan kaum Muslim. Islamofobia semakin merebak di banyak negara. Kebebasan masyarakat Muslim untuk menjalankan ajaran agamanya direnggut. Tidak sampai di situ, bahkan ada yang sampai melakukan tindakan kekerasan, pelecehan terhadap Muslimah, dan seterusnya,” ungkapnya.
Di dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan berpolitik pun begitu. Masyarakat Muslim yang ingin mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam berpolitik kerap kali menjadi sasaran Islamofobia, dicap ekstrimis, radikal, hingga dikait-kaitkan dengan terorisme.
“Di tengah gencarnya anti radikalisme dan anti terorisme, semoga semangat anti Islamofobia yang telah dicontohkan oleh PBB ini dapat kita terapkan juga di negeri Indonesia yang mayoritasnya berpenduduk Muslim dan bercorak moderat. Karena Islam sudah menjadi darah, daging dan tulang punggung sejarah bangsa ini yang mengukuhkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI sebagai pedomannya,” pungkas legislator dari Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
(Bie)