Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak, mendesak pemerintah mengendalikan harga telur yang terus melambung. Pasalnya, telur bukan hanya menjadi kebutuhan pokok, namun juga bahan baku penting dalam usaha aneka produk makanan yang pelakunya sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Telur bukan hanya penting bagi perbaikan gizi masyarakat, namun juga bagi kelangsungan usaha sejumlah pelaku UMKM. Jika terlambat dikendalikan, dikhawatirkan banyak UMKM yang berhenti beroperasi,” kata Amin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/8/2022).
Berdasarkan data pusat informasi harga pangan strategis nasional (IPHPS), harga telur mencapai Rp 31.500 per kg. Sedangkan di sejumlah pasar tradisional di Jabodetabek berkisar antara Rp 32.000 – Rp 33.000 per kg. Amin menilai ini merupakan harga tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Sejumlah penyebab kenaikan harga telur diantaranya, adalah meningkatnya permintaan (demand) atau konsumsi telur di masyarakat. Konsumsi telur sudah meningkat ke level permintaan seperti sebelum pandemi Covid-19.
Persoalannya, di sisi lain, pasokan atau produksi telur, terutama di sentra-sentra produksi belum pulih setelah dihantam pandemi. Pada September 2021 lalu, harga telur ayam sempat anjlok hingga menyentuh Rp 14.000 per kg, bahkan di Blitar yang merupakan sentra produsen telur mencapai Rp 13.000 per kg.
Kondisi tersebut menyebabkan banyak peternak mandiri yang menutup usahanya karena mengalami kerugian besar. Saat ini belum semua peternak mandiri bangkit dan kembali memproduksi telur ayam. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan saat ini.
Penyebab lain kenaikan harga telur, menurut Amin disebabkan naiknya harga pakan dengan kenaikan hingga 30% dari sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh kenaikan harga jagung di mana impor jagung RI masih cukup besar dan juga harga gandum akibat konflik Rusia vs Ukraina. Gandum merupakan campuran pakan ayam.
“Dampak kenaikan harga telur, akan meningkatkan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat akibat nilai uang yang tergerus,” ungkapnya.
Benahi Tata Niaga
Menurut Amin, solusinya harus ada perbaikan tata niaga, misalnya dengan memperpendek rantai pemasaran telur. Tata Niaga pakan seperti jagung juga harus dibenahi agar rantai pemasaran lebih pendek sehingga harga lebih murah.
“Ini momentum membenahi tata niaga pakan dan telur,” kata Amin.
Selain itu, lanjut Amin, Pemerintah harus memberikan insentif bagi pelaku usaha peternakan kecil dan menengah yang tahun lalu sempat dihantam pandemi, sehingga bisa bangkit dan kembali memulai usahanya, misalnya dengan menggenjot kredit usaha rakyat (KUR) untuk peternakan.
Amin juga mengingatkan pemerintah untuk tidak menaikan harga BBM di saat seperti ini karena itu bisa memicu inflasi naik lebih tinggi. “Kenaikan BBM akan menaikan biaya transportasi, baik pada rantai pemasaran telur maupun pakan ayam,” jelasnya.
Pemerintah juga harus lebih serius membangun kemandirian industri pakan dengan memperkuat produksi bahan baku pakan seperti jagung, kedelai (bungkil kedelai), menggantikan gandum dengan sorgum, dan mendorong peningkatan produksi tepung ikan dan tepung tulang.
“Sebagai negeri maritim, masak iya kita tidak sanggup mandiri untuk produksi tepung ikan,” pungkasnya. (Bie)