Jakarta, JURNALBABEL – Bekas Menteri ESDM sekaligus Direktur Debat dan Materi BPN Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said membeberkan pertemuan antara Jokowi dengan Bos PT Freeport McMoRan Inc, James R Moffett selama dirinya menjabat sebagai menteri.
Menanggapi itu, Sekertaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Hasto Kristiyanto menyebut Sudirman Said telah gagal membangun kedaulatan ekonomi lewat nasionalisasi PT Freeport Indonesia ketika dipercaya Jokowi.
“Sebenarnya momentum yang diambil oleh Pak Sudirman Said untuk membangun kedaulatan ekonomi kita, untuk melakukan negosiasi terhadap Freeport itu kan tidak berhasil. Sehingga apa pun yang disuarakan oleh Pak Sudirman Said, publik melihat bahwa itu sebagai sebuah bentuk kekecewaan,” ujar Hasto di Hotel El Royale, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Hasto menuturkan pernyataan Sudirman merupakan bentuk serangan negatif terhadap Jokowi. Ia mengatakan Sudirman seharusnya tidak menjadikan persoalan pribadi dan hal yang tidak substansial untuk membangun kritik terhadap Jokowi.
Menurut Hasto, Sudirman sejatinya juga memiliki hal negatif, misalnya dalam hal pengangkatan dan pemberhentian menjadi menteri ESDM. Akan tetapi hal itu tidak boleh diumbar karena dalam rangka menjaga nama baik dan kehormatan seorang mantan pejabat.
“Kita juga tahu latar belakang mengapa Pak Sudirman Said menjadi menteri dan mengapa presiden mengganti Pak Sudirman Said. Tapi ini kan kita menjaga beliau sebagai seorang mantan pejabat negara yang harus kita jaga juga seluruh nama dan kehormatannya,” ujar dia.
Lebih lanjut, politikus PDIP ini menyebut tertutupnya negosiasi izin PT Freeport antara Jokowi dan James merupakan hal wajar karena menyangkut hal yang strategis. Hal serupa, kata Hasto, juga dilakukan dalam proses negosiasi untuk mengambil alih Blok Rokan dan Blok Mahakam.
Meski tertutup, Hasto mengatakan pemerintahan Jokowi tetap mengumumkan hasil negosiasi tersebut kepada publik sebagai sebuah bentuk tanggung jawab.
“Ini bukan pemilihan kepala desa yang terbuka. Negosiasi ini merupakan hal yang terkait dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya di mana kita tahu sejarah bagaimana penguasaan Freeport itu,” ujar Hasto.
Di sisi lain, Hasto menyampaikan tertutupnya negosiasi yang dilakukan pemerintah dengan PT Freeport bukan merupakan persoalan selama tujuannya untuk mengimplementasikan perintah konstitusi, yakni bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
“Jadi terhadap hal-hal yang strategis dan penting tolak ukur utama adalah bagaimana seorang pemimpin dalam hal ini adalah Presiden Jokowi mampu mengembalikan seluruh tujuan di dalam bernegara, di dalam mengelola sumber-sumber daya alam yang strategis untuk benar-benar dikuasai oleh negara,” ujarnya.
Lebih dari itu, ia mengklaim TKN bakal memberi apresiasi jika Sudirman yang kini menjadi anggota BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk menawarkan kebijakan alternatif dalam hal membangun kedaulatan bangsa guna menjadi referensi pemilih ketimbang menyerang Jokowi lewat hal yang tidak substansial.
“Tetapi kalau hanya serang menyerang, ya semua orang bisa untuk melakukan serangan,” ujar Hasto.
Sebelumnya, Sudirman Said mengungkapkan Presiden Joko Widodo pernah memanggil dirinya saat masih menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk bertemu dengan Chairman of the Board PT Freeport McMoRan Inc. James R Moffett.
Sudirman mengatakan pertemuan yang berlangsung secara ‘diam-diam’ itu dilakukan di Kompleks Istana Kepresidenan pada 6 Oktober 2015.
Pernyataan itu disampaikan Sudirman saat menceritakan kronologi lahirnya surat yang disebut-sebut sebagai cikal bakal perpanjangan izin PT Freeport Indonesia di tanah Papua pada 7 Oktober 2015.
Jokowi sendiri telah memberikan klarifikasinya. Jokowi mengakui beberapa kali bertemu dengan James R Moffett saat yang bersangkutan menjabat Chairman of the Board PT Freeport McMoRan Inc. Namun dia membantah pertemuan dilakukan secara diam-diam, sebagaimana pengakuan Sudirman Said.
“Enggak sekali dua kali ketemu, gimana si kok diam-diam. Ya, Ketemu bolak-balik, enggak ketemu sekali dua kali,” kata Jokowi usai memberikan pembekalan saksi di Hotel El Royale, Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (20/2/2019). (Joy)
Editor: Bobby