Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi IX DPR, Irma Suryani Chaniago, menilai pemerintah tidak bisa disalahkan begitu saja terkait sulitnya masyarakat mencari pekerjaan saat ini.
Ia memaparkan, banyak faktor yang membuat masyarakat kesulitan mencari pekerjaan yang tidak lepas dari kondisi global. Mulai dari pabrik banyak gulung tikar, terjadinya pemutusan hubungan kerja, sampai perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok yang membawa dampak buruk bagi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Namun, ia meminta pemerintah segera mencari solusi terutama terkait sulitnya mendapatkan pekerjaan. Salah satu solusinya ialah meningkatkan pendidikan vokasi.
“Jika hal ini kemudian dianggap pemerintah tidak mampu menangani ketenagakerjaan rasanya kurang tepat. Namun, memang pemerintah harus mulai mencari jalan keluar. Salah satunya dengan meningkatkan pendidikan vokasi pada anak muda kita yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan formal,” kata Irma Suryani dikutip dari mediaindonesia.com, kemarin.
Politisi Partai NasDem ini menambahkan, dengan mendapatkan pendidikan vokasi, calon tenaga kerja memiliki keahlian yang dapat diserap oleh industri.
“Dengan pendidikan vokasi keahlian anak-anak bangsa dapat meningkat dan dapat menenuhi permintaan pasar tenaga kerja nasional dan internasional,” katanya.
Sebelumnya, masyarakat merasa kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan di pemerintahan Prabowo-Gibran. Hal tersebut diketahui berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terkait 7 Bulan Prabowo-Gibran baru-baru ini.
Dari hasil survei tersebut, 60,8% responden merasa lebih sulit mendapatkan pekerjaan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan 26,5% responden merasakan tidak ada perbedaan dengan pemerintah sebelumnya dan hanya 11% responden yang merasa mudah mendapatkan pekerjaan.
Survei terhadap 7 bulan Pemerintahan Prabowo-Gibran ini menggunakan Multi-stage Random Sampling dengan jumlah responden 1.200. Survei melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden. Adapun, margin of error sekitar 2,9%.