Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi I DPR Sukamta menyoroti jatuhnya pesawat tempur milik TNI AU jatuh di Kampar Riau hari ini. Sebelumnya juga helikopter milik TNI AD jatuh di Kendal.
Meskipun tidak ada korban jiwa, Sukamta ucapkan duka cita kepada TNI atas kecelakaan ini. Sekaligus katanya berduka cita atas kondisi alat utama sistem senjata (alutsista), dan kejadian ini tentu tidak kita inginkan bersama.
Menurutnya, Pemerintah perlu juga mengganti rugi rumah warga yang terkena dampak kerusakan.
“Kedua, kita sangat perlu terus meng-ABG-kan (meremajakan) alutsista kita. Kita harus akui ada alutsista kita yang berusia sudah tua meskipun masih dinyatakan layak terbang, apalagi ‘hanya’ untuk latihan misalnya,” kata Sukamta saat dihubungi, Senin (15/6/2020).
Wakil Ketua Fraksi PKS ini menambahkan, bahwa pesawat milik TNI sudah beberapa kali jatuh. Awal tahun 2016 pesawat Tucano jatuh di Malang, kemudian akhir tahun 2016 pesawat Hercules C-130 juga jatuh di Wamena. Awal Juni ini juga helikopter milik TNI AD jatuh di Kendal, menewaskan 4 orang. Ini wajah alutsista kita yang tidak bisa kita pungkiri.
Sebab itu menurut Sukamta, evaluasi rutin harus terus dilakukan. Misalnya, perlu buat standar baru yang tinggi atas kondisi kelayakan terbang pesawat alutsista. Jadi standar kelayakan yang ada sekarang dibuat lebih ketat lagi.
Pesawat yang selama ini masih dikatakan layak terbang oleh standar lama, bisa jadi sudah tidak layak terbang menurut standar baru nanti. Jadi cuma pesawat yang tergolong ABG saja yang layak diterbangkan. Ini lebih baik untuk keselamatan kita semua, bangsa ini,” ujarnya.
Legislator dari daerah pemilihan Yogyakarta ini berharap jangan sampai anekdot pesawat tempur Indonesia tidak perlu ditembak, nanti jatuh sendiri, terus menjadi kenyataan. “Ini juga terkait marwah pertahanan kita di hadapan dunia internasional,” tuturnya.
Tahun 2020 ini bertepatan dengan mulai masuknya Indonesia pada tahap MEF (minimum essential force) ke-4, yaitu tahun 2020-2024. Menurut Sukamta, kejadian ini sekaligus bisa menjadi momentum bagi kita untuk terus mengevaluasi dan memperkuat alutsista kita. Sebab itu, ia mendorong agar industri pertahanan Indonesia lebih ditingkatkan. Belum lagi Indonesia PT Dirgantara Indonesia yang bisa memproduksi pesawat, bahkan produknya sudah diekspor ke beberapa negara.
“Semoga ke depan kita bisa memenuhi sendiri kebutuhan alutsista dalam negeri secara dominan dan minim impor alutsista, sehingga kebutuhan anggarannya bisa ditekan dan dioptimalkan untuk dapat spesifikasi yang tinggi,” pungkasnya. (Bie)
Editor: Bobby