Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VI DPR Fraksi Partai Gerindra Hendrik Lewerissa mempertanyakan pihak-pihak yang mempermasalahkan Menteri BUMN Erick Thohir telah resmi menunjuk mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga politisi PDIP Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok alias BTP sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (persero).
“Apa yang salah kalau Ahok jadi Komisaris Utama Pertamina ? Menurut saya sah sah saja kalau Meneg BUMN mewakili negara sebagai pemilik Pertamina menunjuk Ahok mewakili sebagai Komisaris Utama Pertamina karena tidak ada aturan apapun yang dilanggar,” ujar Hendrik Lewerissa saat dihubungi di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Selain itu, kata Hendrik, PT Pertamina sebagai perusahaan milik negara yang memiliki aset yang sangat besar nilainya harus diawasi oleh orang yang dipandang mampu dan memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni agar kinerja Direksi selaku Pengurus Pertamina dapat mengelolah Pertamina dengan baik dan dapat menjadi kontributor income yang siknifikan bagi negara.
“Hanya saja, kalau boleh saya saran untuk Ahok untuk merubah gaya komunikasi berbalnya dengan seluruh stake holder Pertamina. Gaya komunikasi yang lebih persuasif tanpa harus kehilangan sisi ketegasannya,” katanya.
Anggota Badan Legislasi atau Baleg DPR ini menambahkan hal itu perlu dilakukan, karena “Kita ini orang Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran yang berbeda gaya bertuturnya deng mereka dari peradaban Barat,” pungkasnya.
Lalu, apa yang menjadi alasan Jokowi menunjuk Ahok sebagai komisaris utama Pertamina? Erick Thohir menjelaskan Pertamina memiliki tugas berat, misalnya mengurangi impor minyak dan gas.
“Bukan berarti anti impor, tapi mengurangi proses-proses dari pada refinery ini sangat berat. Saya perlu team work yang besar, tidak hanya dirut saja, harus bagi tugas semua,” katanya.
“Karena itulah kemarin kita mau orang yang pendobrak. Bukan marah-marah. Saya rasa Pak Basuki berbeda, Pak Ahok berbeda. Jadi kita perlu figur pendobrak supaya sesuai target. Toh beliau tuh komisaris utama, kan direksinya yang day to day,” lanjut Erick.
Lebih lanjut, bos Mahaka Media itu mengaku dalam waktu dekat akan mengundang direktur utama dan komisaris utama dari 30 BUMN. Inti dari pertemuan adalah Erick menginginkan soliditas di dalam perusahaan pelat merah.
“Saya gak mau ada drama-drama di dalam perusahaan. Komut menjelekan dirut, dirut menjelekkan komut. Saya gak mau. Kita rapat bersama. Kalau ada perbedaan, ayo kita duduk karena tidak mungkin direksi berjalan tanpa dukungan komisaris. Komisaris bukan direksi,” kata Erick. (Bie)