Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VI DPR Fraksi PKS, Amin Ak, menyoroti lonjakan harga telur yang terjadi saat ini yang dinilainya semata-mata bukan akibat hambatan distribusi seperti yang diklaim oleh pemerintah.
“Lonjakan harga telur dan daging ayam saat ini sebetulnya bukan semata persoalan distribusi antar daerah atau antar pulau. Namun lebih dari itu, disebabkan menyusutnya produksi ayam dan telur yang sudah mulai terjadi sejak pandemi,” kata Amin Ak dalam keterangannya, kemarin.
Menurutnya, pergerakan pemerintah lambat dalam menyelesaikan sumber masalahnya. Padahal, gejala kenaikan harga telur seharusnya sudah dapat diantisipasi sejak tahun lalu, bahkan disaat masih pandemi Covid-19.
Adapun penyebab penurunan tajam produksi yang dan telur. Salah satunya adalah bangkrutnya banyak peternak rakyat di berbagai daerah. Karena hingga pertengahan 2022, terdapat puluhan ribu peternak rakyat yang gulung tikar akibat tidak adanya proteksi pasar dari pemerintah untuk bertarung dengan perusahaan besar.
“Perusahaan besar ini seharusnya masuk ke pasar modern dan pasar ekspor. Namun justru mereka dibiarkan masuk ke pasar-pasar tradisional. Tanpa proteksi, sulit bagi peternak rakyat yang bermodal kecil bisa bersaing dengan pemodal besar yang menguasai rantai dari hulu hingga hilir,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Amin, kondisi tersebut juga diperparah dengan melambungnya harga pakan terutama jagung yang menyumbang 50 persen komposisi pakan ayam. Tahun ini, harga jagung pada Januari hingga Maret sebesar Rp4.000 per kilogram. Harga terus melonjak mulai April hingga saat ini di kisaran Rp5.500 hingga Rp6.000 per kilogram.
“Di saat peternak rakyat akan bangkit setelah rontok dihantam pandemi, mereka justru harus berjuang akibat menghadapi produsen raksasa dan mahalnya harga pakan,” ujarnya.
Selain itu, lonjakan harga telur akan menimbulkan multiplyer effect atau efek domino yang bisa berdampak pada berbagai usaha yang memiliki ketergantungan pada telur sebagai bahan baku. Terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat menyelesaikan akar persoalan lonjakan harga telur, terutama untuk jangka panjang. Pemerintah juga harus begerak cepat untuk menghidupkan kembali peternakan rakyat agar kebutuhan telur dan ayam untuk rakyat dapat terpenuhi.
“Kebutuhan ini jauh lebih penting dan strategis bagi rakyat, ketimbang menyubsidi perusahaan pemain pasar kendaraan listrik, yang berkedok subsidi untuk konsumen,” kata Amin. (Bie)