JurnalBabel.com – Anggota Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR, Irma Suryani Chaniago, menyoroti pelayanan BPJS Kesehatan serta kebijakan penempatan dokter spesialis.
Hal itu disampaikannya saat mengikuti Kunjungan Kerja BURT DPR RI ke RS Urip Sumoharjo, Bandar Lampung, Lampung, Sabtu (22/2/2025).
Anggota Komisi IX DPR ini pun mengungkapkan, pelayanan BPJS Kesehatan di RS Urip Sumoharjo telah mencapai tingkat yang memadai, meskipun masih terdapat kendala terkait persetujuan alat kesehatan (Alkes) oleh BPJS Kesehatan.
“Saya juga dari Komisi IX DPR RI, tentu sekaligus menanyakan kesiapan mereka (RS Urip Sumoharjo) terkait dengan pelayanan BPJS Kesehatan. Alhamdulillah, mereka 80-90 persen melayani pasien BPJS Kesehatan meskipun ada beberapa Alkes yang belum di-approve oleh BPJS Kesehatan bagi masyarakat yang pengguna BPJS Kesehatan,” ujar Irma Suryani seperti dilansir dari situs resmi DPR RI.
Irma menegaskan, pihaknya akan menyampaikan permasalahan ini kepada Direktur BPJS Kesehatan serta Kementerian Kesehatan agar alat-alat kesehatan yang sudah tersedia di RS Urip Sumoharjo dapat segera mendapatkan persetujuan untuk digunakan dalam layanan pasien BPJS Kesehatan.
Politisi Partai NasDem ini juga menyoroti keluhan yayasan yang menaungi RS Urip Sumoharjo, khususnya mengenai kebijakan penempatan dokter spesialis.
Ia menyebutkan, banyak dokter yang telah disekolahkan oleh yayasan dari RS Urip Sumoharjo untuk mengambil spesialisasi. Namun setelah menyelesaikan pendidikan, mereka justru ditempatkan di rumah sakit lain yang dianggap lebih membutuhkan oleh pemerintah.
“Tadi juga disampaikan bahwa yayasan yang menaungi Rumah Sakit Urip Sumoharjo mengeluhkan kepada Kementerian Keseharan bahwa mereka sudah menyekolahkan dokter untuk mengambil spesialis, tetapi seringkali spesialis yang dihasilkan kemudian tidak dipekerjakan di rumah sakit ini, justru dipekerjakan di rumah sakit lain yang dianggap pemerintah membutuhkan spesialis tersebut,” jelasnya.
Irma menilai, praktik penempatan dokter di rumah sakit lain sangat merugikan yayasan yang telah mengeluarkan biaya pendidikan bagi dokter spesialis tersebut.
“Saya akan menyampaikan kepada Kementerian Kesehatan bahwa praktik seperti ini tidak boleh lagi dilakukan karena merugikan yayasan yang sudah menyekolahkan dokter untuk bisa bekerja di rumah sakitnya,” pungkas legislator Dapil Sumsel II.