JurnalBabel.com – Antusiasisme peserta 2nd Digital Economy Working Group (DEWG) G20 Meeting atau Sidang Kedua Kelompok Kerja Ekonomi Digital di Hotel Tentrem, Kota Yogyakarta, terhadap batik -pakaian khas Indonesia- cukup tinggi.
Luciano Andrade, delegasi asal Brazil menganggap bahwa batik mempunyai nilai bidaya yang tinggi dengan berbagai motif yang sarat nilai. Namun lebih dari itu, katanya, batik secara umum nyaman digunakan karena motifnya sangat indah.
Diakui Andrade jika sejak tiba di Yogyakarta, dirinya sudah mengumpulkan informasi untuk mendapatkan baju atau kain bermotif batik.
“Nanti sepulang dari DEWG di Yogyakarta, saya akan memberikan batik untuk keluarga dan teman-teman di Brazil,” kata Andrade kepada infopublik di Hotel Tentrem, Kota Yogyakarta, Rabu (18/5/2022).
Keinginannya semakin kuat karena setelah menggali lebih jauh terkait Batik, makna dan nilai yang terkandung di setiap motifnya membuatnya jatuh cinta.
“Batik sangat menarik dan cocok digunakan untuk acara DEWG G20,” tambahnya.
Dirinya pun mengungkapkan tidak sabar untuk membeli berbagai motif batik Yogyakarta sebagai cenderamata untuk keluarga dan teman, di negara asalnya sekembalinya nanti.
Sementara itu, saat yang sama, penjaga stan batik di Hotel Tentrem, Kariya, mengamini apa yang disampaikan Luciano.
Ia mengungkapkan bahwa 90 persen delegasi DEWG sangat berminat dengan batik. Beberapa di antaranya bahkan telah merencanakan dan memesan untuk dibawa pulang ke negara asal masing-masing.
“Sejumlah delegasi asing seperti dari Brazil, Inggris Raya, Turki, Arab Saudi, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat sangat senang dengan batik,” kata Kariya kepada Kominfo Newsroom di stand Batik, yang khusus disediakan selama gelaran 2nd Digital Economy Working Group (DEWG) di Hotel Tentrem, Kota Yogyakarta, Rabu (18/5/2022).
Senada dengan yang disampaikan Andrade, Kariya menyebutkan, sebagian besar alasan delegasi dari luar negeri menyukai dan antusias bertanya tentang batik tersebut karena motifnya yang unik dan menarik.
“Hampir semua delegasi DEWG dari luar negeri terkesan dengan batik,” ujarnya.
Selama gelaran 2nd Digital Economy Working Group (DEWG), Stand batik Kariya buka mulai pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB.
Apresiasi Terhadap Penyelenggara
Lain lagi dengan delegasi asal Italia, Pietro Morandini, yang mengaku begitu terkesan dengan penyelenggaraan Sidang Kedua Digital Economy Working Group (DEWG) ini.
“Sangat berkesan dengan penyelenggaraan DEWG,” kata Pietro, Rabu (18/5/2022).
Menurutnya, penyelenggaraan berjalan dan diatur dengan baik. Hal ini tercermin dari delegasi yang selalu mendapat panduan yang jelas dan disampaikan dengan ramah oleh penyelenggara. Kondisi ini diakuinya membuat delegasi merasa nyaman.
Para delegasi bisa berinteraksi satu sama lain dalam membahas sejumlah isu yang berkaitan dengan DEWG. Alhasil, katanya, kondisi rapat terasa hangat dan bersahabat.
“Dari mulai hotel dan pengaturan tempat sudah dilakukan dengan sangat menakjubkan,” kata Pietro.
Kenyamanan Pietro memberikan kesan mendalam. Padahal Ia dan beberapa rekannya baru pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Secara khusus, dirinya pun menyoroti keramahan masyarakat Indonesia dalam melayani setiap delegasi. Ciri khas itu, sangat melekat dalam ingatannya.
“Keramahan orang Indonesia terhadap masyarakat dari luar negeri, khususnya pada dirinya memiliki perbedaan dengan negara lain,” tutur Pietro.
Sidang kedua DEWG berlangsung secara hibrida dari tanggal 17 sampai dengan 19 Mei 2022 di Hotel Tentrem, Yogyakarta.
Sebanyak 15 delegasi negara G20 hadir secara langsung di Yogyakarta.
Selain Indonesia, selaku tuan rumah, pertemuan ini antara lain dihadiri delegasi Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Prancis, Jerman, Inggris, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Turki, dan Uni Eropa.
Adapun delegasi lima negara hadir secara daring antara lain Kanada, China, Meksiko, Afrika Selatan dan Rusia Forum DEWG Presidensi G20 Indonesia 2022 mengangkat tema Achieving Resilient Recovery: Working Together for More Inclusive, Empowering, and Sustainable Digital Transformation.
Forum itu dihadiri oleh 16 negara anggota G20, 2 negara undangan yaitu Singapura dan Kamboja, serta perwakilan International Telecommunications Union (ITU) dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).