Jakarta, JURNALBABEL – Ketua DPR Bambang Soesatyo mengingatkan bahwa tingginya gelombang penyelundupan narkoba patut dipahami sebagai bukti nyata perang proxy yang menargetkan generasi muda atau milenial. Menurutnya, masa depan NKRI pun menjadi taruhannya.
“Selama dua dekade belakangan ini anak dan remaja Indonesia nyata-nyata menjadi target perang proxy. Modusnya, menggoda dan mencekoki mereka dengan aneka ragam produk narkoba,” jelas Bambang dalam keterangan tertulis, Rabu (20/2/2019).
Dia memaparkan, ruang publik kini terus dibanjiri ragam produk narkoba akibat masih tingginya intensitas penyelundupan. Data Badan Narkotika Nasional, Ditjen Bea Cukai hingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia patut digaris bawahi oleh semua pihak.
Pada Maret 2018 KPAI mengungkap data korban kelompok anak. Dari total 87 juta populasi kelompok anak, sebanyak 5,9 juta sudah menjadi pecandu narkoba. Untuk menggugah kepedulian bersama, BNN berulang kali mengingatkan dengan data bahwa setiap harinya 50 anak muda meninggal karena mengkonsumsi narkoba.
“Jumlahnya akan terus bertambah jika persoalan narkoba hanya diserahkan kepada penegak hukum. Kepedulian keluarga dan komunitas menjadi sangat penting dan strategis karena kejahatan ini masih sulit dibendung,” ujar Bambang.
Generasi milenial menjadi target perang proxy karena ragam produk narkoba diselundupkan oleh sindikat internasional, bekerja sama dengan antek-antek di dalam negeri. Tahun lalu, BNN mengidentifikasi 83 sindikat internasional yang menyelundupkan dan mengedarkan narkoba di Indonesia. Tahun sebelumnya tercatat 99 sindikat.
“Barang haram itu dimasukan diedarkan pada 654 daerah penyebaran narkoba,” kata Bamsoet sapaan akrab Bambang Soesatyo ini.
Politisi Partai Golkar tersebut menekankan sebuah strategi baru harus digagas untuk menghentikan atau minimal mereduksi kejahatan narkoba. Pengguna dan ragam akibat pemakaian narkoba jangan lagi hanya dilihat sebagai ekses kenakalan anak, remaja maupun orang dewasa.
“Data-data yang dipaparkan BNN, Ditjen Bea Cukai serta KPAI patut dimaknai sebagai skenario perang proxy yang ingin merusak dan memperlemah generasi milenial Indonesia,” beber Bambang.
Dia menambahkan, perang proxy bermodus membanjiri Indonesia dengan ragam produk narkoba tidak akan terlihat massif seperti sekarang ini jika tidak ada komunitas penjahat lokal yang menjadi mitra sindikat internasional.
“Memang seperti itulah strategi melancarkan perang proxy. Identitas lawan tak mudah dibaca karena berkamuflase sebagai pelaku tindak kriminal yang membangun kolaborasi dengan komunitas penjahat di negara yang menjadi target serangan,” demikian Bambang. (Joy)
Editor: Bobby